Home Uncategorized Asah Kreatifitas Anak Dengan Permainan Balon

Asah Kreatifitas Anak Dengan Permainan Balon

Merangkai balon bisa jadi salah satu ajang bermain yang dilakukan orang tua bersama buah hatinya. Tak sekadar main, merangkai balon juga memiliki beragam manfaat bagi anak.

Seperti penuturan psikolog anak dari TigaGenerasi Fathya Artha Utami MPsi, sejak usia 1 tahun, merangkai balon bisa dilakukan orang tua sambil mengajak anak bermain. Meski sebagian besar tugas dilakukan orang tua, bukan berarti anak tak bisa turut andil dalam kegiatan itu, tentunya sambil mereka belajar.

“Orang tuanya bisa yang kebanyakan melintirin balonnya. Tapi anak bisa terlibat membantu memompa balon. Atau mamanya yang mompa balon, anaknya yang hitung berapa kali sudah dipompa,” kata Fathya dalam Konsulteatime yang diselenggarakan TigaGenerasi dan Adalima di Gastromaquia, Jl Ciniru, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (23/8/2016).

Hal lain yang bisa diajarkan orang tua pada anak adalah mengetahui aneka warna, bentuk, dan ukuran. Berbagai macam benda misalnya ikan, pedang, atau topi bisa juga diajarkan orang tua melalui rangkaian balon-balon tersebut.

Selain itu, merangkai balon menjadi berbagai bentuk bisa mengasah kreativitas anak. Bagi orang tua, selain mendampingi amat disarankan untuk memancing apa saja bentuk atau hal-hal yang ingin dibuat oleh anak.

Merangkai balon juga gampang-gampang susah. Ketika anak memompa atau meniup balon tapi berulang kali gagal, secara tidak langsung itu mengajarkan anak untuk tak mudah menyerah. Sebab, tiap gagal anak dimotivasi untuk selalu mencoba kembali.

Lantas, di usia berapa anak sudah bisa dibiarkan memompa atau merangkai balon sendiri? “Sekitar usia 7 tahun sudah bisa karena kemampuan motorik halusnya sudah matang ya. Jadi anak sudah bisa ngira-ngira seberapa kuat melintirnya, menekan balonnya supaya nggak pecah,” kata Fathya.

Namun, jika di bawah usia 7 tahun anak sudah ingin coba-coba memompa atau merangkai balon sendiri boleh-boleh saja. Hanya, Fathya mengingatkan orang tua tetap mendampingi si kecil dan mesti dilihat seberapa mampu anak memegang dan mengontrol kekuatannya.

“Boleh dibantuin juga sama orang tuanya. Selain itu, supaya anak nggak kaget kalau balonnya pecah, bisa dikasih tahu lebih dulu kalau balon misalnya terlalu kuat menekan atau mompanya, bisa pecah lho,” tutup Fathya.

Tirto.ID
Loading...

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here