Home Sosok Sering dipukul Saat Mengajar Revi Malah Menikmatinya, Ternyata Muridnya…

Sering dipukul Saat Mengajar Revi Malah Menikmatinya, Ternyata Muridnya…

KORDANEWS – Menjadi guru di sekolah dengan murid yang penyandang autis bukan hal yang mudah bagi tenaga pengajar yang biasa mengajar anak-anak normal.

Beberapa kejadian harus dialami para guru atau tenaga pengajar ini seperti
pukulan dilayangkan murid saat tantrum kepada gurunya tanpa disadari murid.

Seperti yang dialami guru guru yang mengajar di Yayasan Bina Autis Mandiri
Palembang, yakni Revi Dwi Jayandina.

Dengan menggunakan pakaian ciri khas mereka bewarna biru, terlihat dengan
telaten dan penuh kasih sayang dirinya bercengkrama untuk mengajak berbicara dengan nada lembut dan sesekali mengingatkan muridnya untuk bersikap tenang.

“Anak-anak tenang ya, kita dengarkan temannya bernyanyi dan kita juga
bernyanyi,” kata Revi kepada murid autisnya.

Menurutnya mengajar di sekolah yang terletak di Jalan Angkatan 45, Lorong
Harapan Baru, Palembang. Penuh tantangan, Terkadang mereka (murid autis) tidak sadar dengan gerakan tangannya sehingga kadang mengenai wajahnya.

“Sering sih, tapi saat murid sedang tantrum saja. Kalau kondisi membaik maka dia akan kembali tentang,” kata perempuan lulusan Unsri ini.

Selain dipukul, ia juga mengaku ada hal-hal unik lainnya seperti saat sedang belajar tiba-tiba murid yang tantrum berlarian keluar kelas.

Akibatnya, para guru pun langsung mengejar murid tersebut agar tidak
membahayakan sang murid itu sendiri.

“Jadi ditenangkan dulu, baru nanti ikut belajar lagi bersama rekannya,” ujarnya.

Teknik yang digunakan untuk menenangkan murid pun berbagai macam. Salah satunya disuruh menggambar sehingga ketika ada aktivitas yang diam maka si murid pun akan diam berkonsentrasi dengan apa yang dilakukannya.

Selain itu, pada saat tantrum murid pun harus dibekap dengan tubuh agar tidak terjatuh kebelakang dan langsung diberikan rangsangan ke jari-jari murid agar kembali seperti semula.

“Karena itu butuh kesabaran ekstra. Tapi, kalau kondisinya tidak tantrum,
semua anak autis enak kok udah dan mengerti apa yang boleh dilakukan apa
yang tidak boleh,” ujar perempuan berkacamata ini.

Meskipun berada dalam satu kelas dengan anak normal. Anak penyandang autis ini tidak pernah mempengaruhi anak normal.

Terbukti, anak normal yang bersekolah dan satu kelas dengan anak autis masih dapat berprestasi seperti masuk SMP dan SMA unggulan di Sumsel.

Bahkan, tahun lalu salah satu murid normal yakni Nuril Humairah kelas VI
berhasil menjuarai olimpiade sains ditingkat kecamatan dan kota.

Saat ini dirinya telah menginjak 10 tahun mengajar di yayasan bina autis tersebut, dan dirinya mengaku sangat senang saat berhasil melihat murid normal berprestasi dan murid autis bisa mengembangkan kemampuannya.

“Pokoknya senangnya itu luar biasa tidak bisa digantikan,” tutupnya.

Kepala SLB Autis Harapan Mandiri, Fahruddin Lakoni saat ini tercatat murid
normal yang bersekolah di yayasan ini sebanyak 116 anak sedangkan untuk anak autis yakni sebanyak 59 anak.

Untuk satu kelas terdiri dari tiga guru untuk mengajarkan materi serta menjaga para anak autis.

“Yayasan ini hanya sampai SD jadi anak normal itu melanjutkan ke SMP umum, kalau anak autis itu ada sekolah lanjutkan di yayasan ini sampai dengan
kelas karya,” katanya.

Kelas karya ini, mengajarkan para anak autis seperti membatik, bermain musik dan lain sebagainya. Tapi, meskipun di SMP anak normal dan autis berpisah terkadang anak normal masih datang kesini meski sudah lama tamat.

“Mereka kadang melihat teman mereka yang autis. Itulah tujuannya yayasan ini untuk membangun empati anak dari usia dini agar lebih mengerti dan memahami anak autis,” tutupnya. (Ab)

Editor : Chandra Baturajo.

Tirto.ID
Loading...

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here