Home Headline Iklim Dunia Naik 2 Derajat

Iklim Dunia Naik 2 Derajat

ist

 Jakarta Disadari atau tidak, saat ini perubahan iklim duniaterjadi begitu cepat. Sarwono Kusumaatmadja, selaku Ketua Dewan Pengarah Perubahan Iklim di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan juga mantan Menteri Lingkungan Hidup periode 1993-1998 menyatakan bahwa kenaikan suhu udara di atas dua derajat celcius sudah tidak dapat ditolerir lagi. Maka dari itu, hasil KTT Perubahan Iklim atau COP21 UNFCCC di Paris akhir tahun 2015 lalu menyepakati batas kenaikan suhu rata-rata global di bawah dua derajat Celcius untuk pra industri dan berupaya menekannya hingga suhu 1,5 derajat Celcius.

Menurut Sarwono, Indonesia sebagai negara dengan luas hutan terbesar ketiga dan pemilik hutan mangroove terbesar kedua di dunia, memiliki peran yang sangat penting terhadap perubahan iklim di dunia.

“Ini khususnya untuk para generasi muda. Di era Anda, perubahan akan lebih cepat terjadi. Sebenarnya, kita bisa melakukan dua hal secara bersamaan, yaitu mitigasi dan adaptasi untuk mencapai ketahanan iklim,” papar Sarwono dalam acara Dialog Antar-Generasi: “Tantangan dan Peluang Bagi Generasi Muda” yang digelar oleh Climate and Development Knowledge Netrwork (CDKN) di arena Indonesia Climate Change Education Forum & Expo 2016 di Jakarta Convention Center, Jakarta.

Dalam acara yang juga menghadirkan panelis Febby Tumiwa (Direktur Institute for Essential Services Reform yang juga anggota Majelis Wali Amanat Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)), Mirantha Kristanty (Aktivis Youth Forum and Climate Reality Project) serta Gracia Paramitha (Pengajar London School of Public Relations yang juga UNEP TUNZA Global Youth Advisor on Asia Pacific), Febby Tumiwa mengatakan dibutuhkan waktu 30 tahun untuk memastikan hasil-hasil kesepakatan yang telah dibuat, yang berarti semua kebijakan terkait pemanasan global ada di tangan generasi muda saat ini.

Generasi muda yang saat ini masih berada di bangku SMP atau SMA memiliki waktu hingga 2050 untuk menjadi pemegang kunci dalam mengatasi perubahan iklim dunia. Karena itu, sangat penting bagi generasi muda saat ini untuk memahami persoalan ini dan memiliki kemampuan mitigasi maupun adaptasi,” katanya.

Febby menegaskan bahwa sebelum 2040 emisi gas rumah kaca di Indonesia sudah harus mencapai puncak dan turun, kemudian setelah 2050 dunia harus bisa mencapai carbon netral. Contohnya, jika Anda mengeluarkan gas rumah kaca sebanyak 10, maka Anda juga harus mengurangi sebanyak 10.

Dalam hal ini, Febby juga mengungkapkan harapannya agar generasi muda Indonesia saat ini harus bisa hidup dengan gaya hidup yang sesuai dengan lingkungan.
“Kamu muda harus mulai bertanya apakah apa yang saya lakukan ini menimbulkan perubahan iklim atau tidak. Masa depan gas rumah kaca Indonesia ada di tangan Anda, sehingga Anda harus inovatif dalam mengembangkan gaya hidup yang sadar akan carbon, misalnya saat Anda mematikan lampu saat keluar kamar atau mematikan televisi ketika tidak menonton,” jelas Febby.

Sedangkan menurut Gracia Paramitha, selaku panelis lainnya dalam acara tersebut menyatakan bahwa anak muda sekarang memiliki banyak pilihan dalam mengembangkan ide-ide kreatif terkait lingkungan hidup, antara lain dengan memanfaatkan media sosial.

Bagi Gracia, generasi muda di seluruh dunia saat ini telah sangat peduli terhadap isu perubahan iklim dunia.
Hal ini didukung dengan kegembiraan Siebe Schuur, selaku Councellor Head of the Economic Department, Kedutaan Besar Belanda untuk Indonesia yang juga hadir bersama panelis lainnya, menyambut apa yang baru saja dilakukan oleh Indonesia untuk mengurangi penggunaan sampah plastik.

“Ini mengenai perubahan mentalitas. Generasi Anda harus diedukasi untuk mengadvokasi perubahan perilaku. Kami sangat gembira dengan apa yang sudah dilakukan pemerintah Indonesia dengan melarang penggunaan tas plastik. Kaum muda bisa berprestasi dengan mengatakan ‘Bye-bye Plastic Bag’,” tegas Siebe.

 

Tirto.ID
Loading...

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here