KORDANEWS – Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta mengatakan, penyesuaian anggaran keuangan sebesar Rp 133,8 triliun oleh Pemerintah Indonesia tidak akan mengganggu program pembangunan yang direncanakan pemerintah karena jumlah penyesuaian anggaran tersebut diambil bukan dari pos anggaran yang produktif.
“Anggaran yang bersentuhan langsung dengan kerja produktif tidak mengalami perubahan, artinya tujuan pembangunan tetap seperti semula. Penyesuaian anggaran hanya menyangkut anggaran dinas atau yang tidak produktif,” ujar Arif Budimanta.
Arif mengungkapkan, dari penyesuaian anggaran sebesar Rp 133,8 triliun itu, bila dibandingkan dengan realisasi belanja negara, maka hanya berkurang berkisar 5-7%. Realisasi belanja negara sebelumnya berjumlah Rp 2.000 triliun yang berarti masih 93-95% anggaran negara dapat digunakan untuk sektor produktif.
Ia juga mengatakan, penyesuaian anggaran yang dilakukan pemerintah, merupakan risiko yang harus dipilih sebagai antisipasi penerimaan negara tidak mencapai target.
Menurut Arif, seperti diketahui bila target penerimaan tidak seperti yang diharapkan, ini tentu saja mempengaruhi perekonomian nasional dan memerlukan upaya agar tidak mengalami defisit di luar batas maksimum yang telah ditetapkan dalam undang-undang, yaitu maksimal 3 persen.
Hal lain yang dijelaskan dia adalah penyesuaian anggaran yang telah dua kali dilakukan pemerintah sudah sesuai dengan Undang-undang (UU) Keuangan Negara. Dalam UU itu dijelaskan bahwa pemerintah diberikan kewenangan sepenuhnya untuk melakukan tindakan penyelamatan keuangan negara dari defisit melebihi batas di UU.
“Kalau kira-kira berpotensi melebihi batas, maka pemerintah berhak melakukan upaya penyelamatan, seperti melakukan penyesuaian anggaran ini,” ucap Arif.
Dia juga mengimbau kepada para aparatur negara agar tetap bekerja maksimal, kendati ada penyesuaian anggaran. Menurutnya, penyesuaian anggaran ini bukan untuk melemahkan kinerja aparatur sebab sektor produktif tak mengalami pengurangan.
“Penyesuaian anggaran ini tetap harus menjadikan kinerja kementerian dan lembaga pemerintahan lain serius. Penyesuaian anggaran bukan untukmelemahkan kerja aparatur negara,” tutur Arif.
Perekonomian masih dapat tumbuh
Mengutip data dari Badan Pusat Statistik, Arif juga mengungkapkan bahwa ekonomi Indonesia masih dapat tumbuh kembali pada akhir tahun ini. Kondisi perekonomian Indonesia saat ini hingga kuartal II tahun 2016 berhasil mencapai 5,18%.
Menurut Arif, bidang-bidang yang dapat menyokong pertumbuhan ekonomi ke depan salah satunya berasal dari sektor konstruksi. Alasannya, pembangunan infrastruktur akan terus berlangsung sampai akhir tahun 2016. “Jadi peluang pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat masih ada,” ujarnya.
Selain infrastruktur, bidang yang tak luput dari kajian KEIN adalah sektor kemaritiman dan perikanan. “Industri perikanan sedang dalam proses pembahasan kebijakan saat ini. Kami menganggap perikanan sebagai bagian kemaritiman Indonesia dapat bergerak cepat untuk mendukung perekonomian nasional,” kata Arif.
Menurut Arif, KEIN coba mendorong agar para investor mengarahkan investasinya ke bidang usaha yang memiliki daya saing tinggi dan permanen. Dia mengatakan, untuk saat ini sektor kemaritiman yang salah satu bagiannya adalah perikanan memenuhi syarat tersebut.
“Selama ini fokus investasi diarahkan ke industri infrastruktur. Padahal yang diketahui, sumbangan dari industri manufaktur ke pendapatan ekonomi nasional hanya 18%-19%,” ujar Arif.
Menurutnya, investasi di sektor infrastruktur sifatnya hanya sesaat dan tidak kokoh. Perlu usulan kepada Presiden agar mengambil kebijakan mengarahkan investasi nantinya ke bidang manufaktur, seperti perikanan.
Arif mengungkapkan, melalui investasi di bidang manufaktur itu dapat menyumbang sekitar 35%-40% untuk perekonomian negara. Dia mengatakan, kebijakan investasi yang kuat harus diarahkan sesuai dengan potensi Indonesia di sumber daya alam dan manusianya.
Bidang lainnya berasal dari pertanian, kata Arif. Menurutnya, data dari Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) yang menyatakan tidak ada kemarau pada tahun berikutnya, bisa dimanfaatkan untuk menggenjot pertumbuhan palawija agar kondisi ekonomi Indonesia di kuartal III dan IV tetap stabil, bahkan menanjak. (yda)
editor : ardi
sumber : kordanews.com