Kordanews – Sumatera Selatan (Sumsel) mengalami cuaca lebih dingin dari biasanya walaupun kemarau karena beberapa hari terakhir ini pertumbuhan awan hujan masih cukup intensif dimana potensi hujan masih ada walau masih dalam kisaran ringan hingga sedang.
Kepala Unit Analisis dan Prakiraan Stasiun Meteorologi SMB II Palembang Sinta Andayani, Salah satu faktor yang menyuplai uap air pada saat ini adalah fenomena Madden Julian Oscillation (MJO)yang sedang aktif di wilayah Sumsel.
“Sepekan ini potensi penurunan suhu masih ada, namun MJO sendiri pada dasarian III Juli tanggal 20 Juli hingga 31 Juli 2021, diprediksi sudah tidak aktif di Sumsel,” katanya, Kamis (15/7).
MJO merupakan fenomena yang sering terjadi dan tidak berbahaya terhadap perubahan suhu. Berdasarkan data Stasiun Meteorologi SMB II Palembang, suhu minimum dari awal Juli hingga hari ini masih dalam rentang normal yaitu sekitar 23,5 derajat hingga 24,6 derajat celcius.
Faktor lain yang biasa berpengaruh terhadap udara terasa lebih dingin pada malam hari adalah karena saat ini posisi relatif matahari berada di belahan bumi utara (BBU) yang mana wilayah tropis di BBU menerima radiasi matahari yang relatif besar dibanding wilayah belahan bumi selatan (BBS), hal ini menyebabkan suhu udara rata-rata di BBS menjadi lebih rendah dibandingkan dengan BBU.
Di wilayah Indonesia saat ini berlangsung monsun Australia (Angin timur), di Australia sendiri saat ini berlangsung musim dingin. Kondisi ini menyebabkan adanya pergerakan massa udara yang relatif dingin dan kering dari Australia menuju Indonesia atau disebut dengan angin monsun dingin Australia atau Australian Winter Monsoon.
Angin itu melewati perairan Indonesia sehingga suhu permukaan lautnya juga relatif lebih dingin dan mengakibatkan beberapa wilayah di Indonesia terutama di bagian selatan khatulistiwa yakni Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara mengalami penurunan suhu.
Editor : Admin.