KORDANEWS – Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI Lahat Raya, Sanderson Syafe’i, menuturkan PT Pertamina (Persero) harus bertanggungjawab atas kelangkaan elpiji ukuran 3 kilogram di Kabupaten Lahat.
Pasalnya, Pertamina diduga gagal mengantisipasi waktu perawatan rutin mesin pada Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) PT. Indonas Telaga Biru (ITB) di Desa Tanjung Baru Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat Sumatera Selatan.
“Permasalahan ada pada SPPBE ITB yang sejak hari Sabtu (2/10) melakukan penghentian operasional akibat perawatan rutin keseluruhan mesin-mesin untuk pengisian elpiji melon di wilayah Lahat dan Pagaralam,” kata Sanderson.
Dengan penghentian operasional SPPBE ITB Tanjung Baru, semua pengisian dialihkan ke SPBE PT Pelita Sriwijaya Sejahtera di Kabupaten Muara Enim hingga beberapa hari kedepan. Untuk pengisian membutuhkan waktu lama karena jarak tempuh dan harus antri dengan mendahulukan Agen diwilayah Muara Enim terlebih dahulu.
“Pertamina seharusnya transparan terhadap kejadian ini, sehingga tidak memperburuk carut-marut kelangkaan gas elpiji, hingga membuat harga tidak terkendali,” ujarnya.
Disinggung terkait harga gas 3 kg mencapai Rp 50 ribu, Sanderson menjelaskan, untuk di tingkat pengecer memang tidak bisa diantisipasi, namun jika ada pangkalan menjual diatas HET segera laporkan. Permasalahannya ketika gas melon ada di warung-warung, berarti ada kebobolan pasokan. Jika masyarakat mengetahui ada pangkalan yang menyuplai warung-warung baiknya dilaporkan, dengan begitu kebutuhan dan harga gas melon akan terkendali.
“Terkadang yang pernah kita temukan, lebih banyak tabung di warung daripada di pangkalan. Jadi peran serta masyarakat untuk lakukan pengawasan juga sangat perlu, agar rantai pemainan ini bisa diputuskan,” jelasnya. (Jml)