SportSumsel

Pencanangan Gerakan Sumatera Selatan Melawan Osteoporosis

×

Pencanangan Gerakan Sumatera Selatan Melawan Osteoporosis

Share this article

KORDANEWS — Persatuan warga tulang sehat (Perwatusi) kemarin melaunching Gerakan Sumsel Melawan Osteoporosis. Kegiatan yang didukung Pemprov Sumsel ini, kemarin berlangsung di Stadion Jakabaring, Palembang (4/7) dan selain peluncuran gerakan tersebut, diadakan senam sehat bersama.

Tujuan kegiatan melawan Osteoporosis itu untuk menyikapi bonus demografi dan menyongsong Indonesia Sehat 2025. Dalam acara itu, hadir langsung Ketua Umum Perwatusi Anita Hutagalung, Ketua Umum Komite Olah Raga Rekreasi Masyarakat (KORMI), Hayono Isman mantan Menteri Olah Raga jaman presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, Gubernur Sumsel yang diwakili Asisten I Setda Pemprov Sumsel, Dr Rasyidin Hasan.

Menurut Hayono Usman, Perwatusi dalam usahanya mengupayakan masyarakat sehat memiliki visi yang luas agar Indonesia pada 2045 terbebas dari Osteoporosis.

‘’Ini sesuai dengan vis, misi dan tujuan KORMI yaitu melakukan program masyarakat sehat yang berarti memperpanjang usia produktif masyarakat,’’ katanya.

Hayono juga mengatakan, saat ini Indonesia mendapat bonus demografi yang penduduknya sebagian besar berusia produktif. Menuju Indonesia Maju 2045, bonus demografi usia produktif ini akan menjadi masalah bangsa ini jika tidak ada antisipasi sejak sekarang.

‘’Mereka yang muda-muda dan produktif ini, pada 2045 akan menjadi generasi tua. Dari segi kesehatan bisa menjadi ancaman terhadap produktivitas bangsa dan Negara. Kunci utama Indonesia Maju adalah kesehatan,’’ tegasnya.

Hayono menambahkan, salah satu masalah kesehatan yang dihadapi orang usia lanjut adalah Osteoporosis atau Keropos Tulang yang akan membuat seseorang tidak bias beraktivitas apalagi berproduktivitas. Penduduk yang tidak sehat akan mengancam keberlangsungan ekonomi sebuah bangsa.

‘’Atas dasar itu, saya menyambut baik pencanangan program Sumsel melawan Osteoporosis. Ini adalah bagian dan upaya promotif dan preventif di bidang kesehatann yakni mengkampanyekan agar masyarakat banyak berolahraga atau menggerakkan fisiknya,’’ katanya.

Pada kesempatan itu, Hayono membandingkan ketahanan fisik rakyat Indonesia dengan Jepang, Korea, dan China. Penduduk China yang usia produktif mampu bekerja di atas 10 jam per hari sementara di Indonesia bekerja selama 8 jam saja, sudah terasa sangat capek.

Tidak hanya itu, memasuki usia lanjut, masyarakat Jepang, Korea dan China yang berusai di atas 60 tahun masih mampu berproduktivitas dengan baik.

‘’Ini kenapa, karena mereka selalu menerapkan pentingnya berolah raga untuk menjaga stamina,’’ ujarnya.

Bila dihubungkan dengan Sumsel melawan Osteoporosis, Hayono menyatakan gerakan ini merupakan bagian dari upaya meningkatkan produktivitas masyarakat Indonesia yang sebagaian besar berusia produktif. Masyarakat Sumsel yang sekarang ini usia produktinya sangat besar, pada 2045 nanti masih bisa beraktivitas dengan syarat mereka dari sekarang lebih banyak menggerakkan tubuh atau berolah raga.

‘’Ancaman Osteoporosis di hari tua bisa diantisipasi dari sekarang. Makanya gerakan melawan Osteoporosis ini sangat strategis, sangat baik di bidang kesehatan,’’ tambahnya.

Sayangnya lanjut Hayono, saat ini dunia pendidikan banyak yang mengesampingkan olah raga. Mereka lebih focus kepada kegiatan belajar dan ini juga diamini para orang tua, yang juga tidak mau mendorong anaknya suka berolahraga karena akan mengganggu prestasi belajar.

‘’Sesungguhnya tidaklah begitu. Dengan banyak menggerakkan tubuhnya justru akan meningkatkan stamina. Dengan stamina yang kuat dan prima, anak didik akan lebih mudah menyerap pelajaran,’’ katanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *