KORDANEWS – Berhenti merokok pasti memiliki manfaat luar biasa. Namun, benarkah itu justru membuat orang berisiko mengalami depresi? Simak faktanya di sini.
Berhenti Merokok, Berisiko Mengalami Depresi?
Bagi perokok aktif, berhenti merokok adalah perjuangan yang tidak mudah. Walaupun sudah berusaha menahan diri, kebiasaan lama tidak jarang “kambuh” kembali.
Di tengah perjuangan untuk menghentikan kebiasaan merokok, perasaan frustasi dan menyalahkan diri sendiri sering kali muncul.
Lalu, benarkah berhenti merokok justru bisa menyebabkan depresi?
Salah satu zat adiktif dalam rokok, yaitu nikotin dapat memengaruhi kinerja otak dan menyebabkan ketergantungan. Efek nikotin juga meningkatkan produksi hormon dopamin di otak yang memberikan sensasi bahagia. Nikotin juga membuat tekanan darah dan denyut jantung meningkat.
Berdasarkan Centers for Disease Control & Prevention (CDC), Amerika Serikat, efek nikotin menyebabkan kamu merasakan sejumlah gejala (withdrawal symptoms) ketika tengah berusaha berhenti merokok, di antaranya:
1. Mencari Celah untuk Merokok Kembali
Efek ketergantungan yang disebabkan oleh nikotin, bisa bikin kamu memiliki dorongan kuat untuk merokok kembali. Akibatnya, kamu mencari celah untuk bisa kembali ke kebiasaan lama tersebut.
Efek psikologis ini bisa kamu atasi dengan memiliki pergaulan yang suportif dan meminimalkan potensi untuk mengakses rokok.
2. Merasa Kesal, Sedih, dan Cemas
Kamu mungkin merasakan kesal, sedih, dan cemas di fase awal berhenti merokok. Hal ini normal terjadi karena tubuh sedang beradaptasi tanpa asupan nikotin.
Agar perasaan kesal, sedih, dan cemas bisa dikendalikan, lakukan relaksasi dengan latihan pernapasan dalam.
3. Gelisah dan Sulit Konsentrasi
Efek relaksasi semu yang biasa kamu dapatkan dari rokok bisa menimbulkan perasaan gelisah dan sulit berkonsentrasi ketika kamu berhenti merokok.
Agar tidak gelisah, lakukan aktivitas fisik ringan untuk meningkatkan hormon dopamin. Kamu juga bisa meningkatkan fokus dengan menciptakan suasana ruang kerja yang tenang dan menyenangkan guna menunjang produktivitas.
Konsentrasi juga bisa ditingkatkan dengan minum secangkir teh atau air putih.
4. Sulit Tidur
Kamu mungkin merasa kesulitan untuk tidur. Atasi keluhan ini dengan tidak memegang gawai maupun menonton TV sebelum tidur, tidak mengonsumsi kafein, dan melakukan sleep hygiene untuk meningkatkan kualitas tidur.
5. Nafsu Makan Meningkat
Peningkatan nafsu makan bisa terjadi ketika berusaha lepas dari rokok. Kamu tetap perlu bijak mengontrol pola makan, dengan mengonsumsi makanan sehat dan tidak berlebihan.
Apabila kamu tidak sanggup mengendalikan efek psikologis pada fase awal berhenti merokok, sejumlah gejala depresi bisa muncul. Gejala depresi yang dimaksud, antara lain sedih berkepanjangan, kehilangan energi, tidak bergairah dalam beraktivitas, menarik diri dari lingkungan, perubahan nafsu makan, gangguan tidur, dan menurunnya konsentrasi.
Gejala depresi juga menyebabkan kamu merasa tidak berharga, pesimistis terhadap masa depan, dan punya kecenderungan menyakiti diri sendiri.
Untuk menyiasatinya, kamu harus menyadari bahwa perjuangan lepas dari ketergantungan rokok memang membutuhkan waktu. Karena itu, diperlukan motivasi yang kuat untuk menciptakan gaya hidup sehat tanpa rokok.
Editor : John.W