Jakarta – Sepuluh WNI hingga saat ini masih menjadi sandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina. Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo sudah meminta pasukan khusus dari tiga angkatan untuk bersiaga.
Pasukan khusus dari AD, AL, dan AU diminta bersiaga manakala diperintahkan untuk menyerbu membantu pemerintah Filipina dalam upaya pembebasan sandera. Namun tentu saja itu dilakukan ketika sudah ada koordinasi dan kesepakatan antara Indonesia dengan Filipina.
“Panglima TNI menyiapkan pasukan, jadi kalau diperlukan kapanpun kami siap,” ungkap Kapuspen TNI Mayjen Tatang Sulaiman saat berbincang dengan detikcom, Kamis (11/8/2016).
Saat ini pasukan militer Filipina, dibantu oleh Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) tengah melakukan upaya pembebasan sandera. Terakhir, empat kelompok Abu Sayyaf tewas dalam pertempuran dengan MNLF di Sulu, Filipina. Salah satunya disebut sebagai salah seorang pemimpin senior kelompok bersenjata itu.
“Di sana sekarang sedang ada upaya besar-besaran dari tentara Filipina,mereka sudah bisa melumpuhkan beberapa dari anggota Abu Sayyaf. Kita berusaha mengikuti perkembangan mereka,” tutur Tatang.
TNI disebutnya akan langsung bergerak jika Filipina meminta bantuan dalam upaya pembebasan sandera itu. Pasukan-pasukan khusus TNI sudah disiagakan dan siap bertugas ketika mendapat perintah.
Namun hingga saat ini, Filipina belum juga meminta bantuan. Kasus penyanderaan ABK WNI oleh Filipina sudah terjadi berulang kali.
“Sampai sekarang belum ada (permintaan). TNI pada prinsipnya siap. Seandainya diperlukan kita sudah siap,” tegas jenderal bintang dua itu.
“Tiga angkatan disiapkan. Panglima TNI sudah meminta komandan-komandan pasukan khusus untuk bersiaga,” imbuhnya.
Seperti diketahui, pasukan khusus TNI AD ada Kopassus dan Kostrad. Pada kasus-kasus khusus seperti penanggulangan teror, Kopassus memiliki pasukan elit, Detasemen Sat-81. Kostrad juga memiliki satuan Intai Tempur (Taipur).
Sementara itu, TNI AL memiliki Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) gabungan dari Komando Pasukan Katak (Kopaska) dan Taifib (Batalion Intai Amfibi) Korps Marinir. Kemudian dari TNI AU, ada Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU yang juga memiliki pasukan elit Detasemen Bravo (Denbravo) 90. Kemampuan satu anggota Denbravo setara dengan 5 orang anggota TNI biasa.
“Kita selalu siap. Koordinasi ada di pihak-pihak pemerintah Indonesia dengan pemerintah Filipina. Intinya TNI kekuatan yang siap operasi. Kalau ada kebijakan untuk bergerak, kita siap!” tandas Tatang.
Sebelumnya KSAD Jenderal Mulyono mengaku dari TNI AD sudah menyiapkan dua batalion khusus untuk pembebasan WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf. Satu batalion terdiri atas 700-1.000 prajurit.
“Saya sudah melatih, saya sudah menyiapkan calon. Nah tinggal tunggu perintah Panglima TNI, kalau disuruh diberangkatkan saya siap berangkatkan,” kata Mulyono, Rabu (10/8).
editor. A.riyanto
sumber. detik.com