KORDANEWS — HPN 2025 di Riau berlangsung meriah namun penuh makna, menghadirkan momen refleksi bagi insan pers di tengah tantangan yang dihadapi dunia jurnalisme Indonesia. Ribuan peserta, termasuk tokoh penting dari berbagai sektor, hadir memeriahkan acara yang digelar di Pekanbaru tersebut.
Turut hadir dalam perayaan ini Kapolri yang diwakili oleh Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Sandi Nugroho, Pj. Gubernur Provinsi Riau, Kapolda Riau Irjen Pol Mohammad Iqbal, Ketua DPRD Provinsi Riau beserta jajaran, serta tamu-tamu kehormatan dari dalam dan luar negeri.
Para tokoh pers nasional dan pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dari pusat hingga daerah juga turut memeriahkan acara ini, di antaranya Ketua Dewan Kehormatan PWI Sasongko Tedjo, Ketua Dewan Penasehat PWI Ilham Bintang, Tribuana Said, Timbo Siahaan, dan Ketua PWI Riau Raja Isyam Aswar.
Dalam pidato yang disampaikan secara virtual, Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menegaskan pentingnya peran pers sebagai pilar demokrasi.
“Hari Pers Nasional bukan sekadar perayaan, tetapi momen untuk merayakan keberanian, integritas, dan semangat juang insan pers Indonesia. Pers bukan hanya menjadi saksi sejarah, tetapi juga penggerak perubahan. Di tengah gejolak zaman, pers harus tetap menjadi penjaga demokrasi,” ujarnya penuh semangat.
Meutya Hafid juga mengucapkan selamat kepada seluruh insan pers di Indonesia, seraya mengingatkan bahwa tantangan di era digital membutuhkan keberanian untuk terus berinovasi tanpa mengorbankan prinsip-prinsip jurnalisme yang berintegritas.
Sementara itu, Ketua Umum PWI Pusat, Zulmansyah Sekedang, dalam sambutannya mengungkapkan keprihatinan terhadap kondisi pers saat ini. Ia secara jujur mengakui bahwa peringatan HPN 2025 berlangsung dalam suasana yang penuh tantangan, baik bagi dunia pers Indonesia maupun internal PWI sendiri.
“Tahun ini, perayaan HPN dirayakan dengan rasa prihatin. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, HPN 2025 tidak hanya diselenggarakan di Riau, tetapi juga di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dan Solo, Jawa Tengah. Ini mencerminkan adanya perbedaan prinsip yang memengaruhi integritas kita sebagai organisasi,” ungkap Zulmansyah.
Ia juga menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh insan pers atas ketidaknyamanan yang mungkin timbul akibat perbedaan dalam tubuh PWI.
“Sejak PWI lahir pada 9 Februari 1946, kami selalu berjuang menjaga semangat heroik. Namun, peringatan tahun ini terasa berbeda karena kita harus menghadapi realitas pahit dalam menjaga persatuan,” tambahnya.
Ketua Panitia HPN Riau 2025, Marthen Selamet Susanto, menekankan bahwa peringatan HPN bukan hanya sekadar seremonial, melainkan ajang untuk mempererat silaturahmi dan memperkuat kolaborasi antarinsan pers. “Dengan kehadiran lebih dari 1.500 peserta, acara ini menjadi bukti nyata komitmen kita untuk terus memajukan dunia pers di Indonesia,” katanya.
Marthen juga mengapresiasi seluruh pihak yang terlibat dalam menyukseskan acara ini, termasuk panitia, sponsor, dan para relawan. “Semangat kolaborasi inilah yang harus kita jaga. HPN bukan hanya tentang memperingati hari lahir PWI, tetapi juga tentang bagaimana kita terus bersatu dalam menghadapi tantangan,” tambahnya.
Sebagai penutup, suasana khidmat tercipta saat Nurcholis Basyari, Sekretaris Dewan Kehormatan PWI Pusat, memimpin doa untuk keselamatan dan kemajuan dunia pers Indonesia. Doa tersebut menjadi simbol harapan agar pers Indonesia tetap teguh sebagai pilar keempat demokrasi, mampu beradaptasi di era digital, dan terus menjaga integritas di tengah berbagai tantangan.
Selama rangkaian HPN 2025, beragam kegiatan turut digelar, mulai dari seminar, diskusi panel tentang masa depan pers di era digital, hingga Road to HPN di Jakarta yang menghadirkan para pakar media dan jurnalis senior.
HPN 2025 di Riau bukan hanya tentang perayaan, tetapi juga refleksi. Refleksi tentang bagaimana pers harus tetap berdiri kokoh, meski diterpa badai tantangan di berbagai lini. Karena pada akhirnya, pers bukan sekadar alat penyampai informasi, tetapi juga jiwa dari demokrasi itu sendiri.