KORDANEWS – Di tengah gempuran film horor yang mengandalkan jumpscare, “Selepas Tahlil” muncul sebagai angin segar dengan pendekatan yang lebih mendalam. Film ini, yang telah tayang perdana pada 12 Juli 2025, tak melulu menghadirkan adegan-adegan menyeramkan, melainkan memadukan unsur drama keluarga yang kuat dengan sentuhan spiritualitas, menjadikannya tontonan yang membekas di hati dan pikiran.
Hilangnya Hadi: Pemicu Duka dan Unfinished Business
“Selepas Tahlil” menyoroti kisah pilu keluarga yang baru saja kehilangan sosok ayah, Hadi (diperankan oleh Epy Kusnandar). Film ini berfokus pada dinamika dua saudara kandung, Saras (diperankan oleh Aghniny Haque) dan Yudhis (diperankan oleh Bastian Steel), serta hubungan kompleks mereka dengan mendiang sang ayah.
Menurut Adriano, salah satu pengembang cerita, inti emosional dari film ini adalah konflik antara ayah dan anak, serta hubungan yang belum selesai (unfinished business). “Ceritanya kan cukup jelas, yang mengenai kakak-beradik dan seorang ayah gitu ya. Dan seorang paman yang masing-masing punya sejarah,” jelas Adriano di Jakarta, Minggu (6/7/2025). “Dari situ kita ngobrol, kita eksplorasi. Bagaimana perasaan kayak kehilangan dan juga unfinished business antara ayah dan anak,” tambahnya.
Kehilangan sebagai Kunci Narasi yang Universal
Produser film, Taufan Adryan, menegaskan bahwa benang merah dari “Selepas Tahlil” adalah kehilangan anggota keluarga. Ia meyakini bahwa rasa kehilangan adalah tema yang universal dan relevan di setiap zaman, dari dulu hingga kini. “Aku ngobrol pertama sama Monji tentang apa sebenarnya korelasi yang bisa kita ambil dari tahun 80-an sampai hari ini. Dari situ kita menemukan kalau kehilangan tuh gede banget karena itu menjadi sesuatu yang relevan dari tahun ke tahun,” jelas Taufan.
