KORDANEWS- Liburan ke Lombok ada Taman Mayura di Mataram yang menyimpan sejarah perkembangan agama Hindu di NTB. Selain itu, destinasi ini juga punya mitos air awet muda dan kolam bertuah.
Ada beberapa mitos yang tersimpan di Komplek Taman Mayura. Salah satunya adalah air awet muda yang keluar hanya setahun sekali pada saat upacara keagamaan Hindu Odalan. Upacara tersebut akan berlangsung antara bulan September dan Oktober.
“Kalau menurut saya yang paling unik di sini itu air awet muda yang keluar dari Pancoran Naga di Pura Kelepug. Dia keluar hanya pada waktu upacara keagamaan Odalan. Upacara tahunan yang berlangsung setiap purnama pada bulan September dan Oktober,” kata salah satu tour guide bernama Andi saat berbincang dengan detikTravel di lokasi, Rabu (10/8/2016).
Upacara keagamaan itu kata dia merupakan pembersihan alam dari semua kesalahan yang mungkin dilakukan oleh manusia. Jadi seperti Lebaran jika di agama Islam.
Kompleks Pura Kelepug (Masaul/detikTravel) |
Selain itu, di dalam komplek taman ini, terdapat Pura Kelepug sebagai tempat beribadah bagi keluarga raja dan Pura Jagatnatha untuk umum. Aturan pun melekat seperti wanita yang tidak diperbolehkan masuk saat dalam masa menstruasi.
“Kalau sekarang dua-duanya boleh digunakan untuk umum. Memasuki komplek pura ini diharuskan memakai selendang berwarna kuning. Karena tempat suci, bagi wanita yang sedang berhalangan tidak diperkenankan untuk masuk di Bale Kambang dan dua pura itu,” jelas Andi.
Selain itu, komplek taman seluas 4 hektar ini juga masih menyimpan sebuah mitos lainya. Adalah adanya kepercayaan air bertuah yang dapat menyembuhkan segala penyakit bagi sebagian orang.
“Air kolam ini masih dipercaya sebagian masyarakat untuk obat. Kolam dengan luas 1,5 hektar ini tidak pernah surut dan terdapat mata air di bagian tengah kolam timur dan barat,” urai Andi yang mengatakan bahwa orang yang datang untuk mengambil air kolam ini sebagai obat datang dari berbagai wilayah di Indonesia.
Ornamen naga penghias kolam (Masaul/detikTravel) |
Pada zaman dahulu, air di kolam komplek Taman Mayura dipergunakan sebagai irigasi kerajaan. Berbeda keadaannya dengan saat ini yang digunakan sebagai tempat memancing ikan.
Komplek ini dikelola oleh masyarakat adat Krama yaitu Komunitas Pura Meru. Di komplek ini terdapat beberapa bangunan diantaranya Bale Kambang sebagai tempat musyawarah dan sidang, Bale Pererenan untuk istirahat para raja, Bale Loji tempat tidur raja dan keluarga.
“Di tempat ini sering diselenggarakan pentas drama setiap bulan mulai dari tarian tradisional sampai modern. Para penjaga juga ikut diklat oleh dinas semenjak tahun 2001 agar bisa memberi pengetahuan bagi masyarakat mancanegara,” urai dia.
Komplek Taman Mayura dikatakannya selalu ramai setiap hari. Mulai dari pukul 07.30-18.00 WITA adalah waktu bagi para pelancong yang ingin berkunjung.
“Kalau untuk keramaian ya sekarang ini musim ramai. Untuk wisatawan lokal biaya masuknya Rp 5 ribu dan dua kali lipat bagi wisatawan asing,” tutup Andi.
editor : ardi
sumber : detik.com