KORDANEWS- Semua orang tua pasti khawatir ketika melihat ada gangguan kesehatan pada anaknya, termasuk ketika si kecil mengalami gangguan pernapasan. Terkait hal ini, studi terbaru menyebutkan bahwa banyak orang tua yang mengkhawatirkan pengobatan untuk gangguan pernapasan yang dialami sang anak.
Dilansir Reuters, sekitar 20 persen anak mengalami gangguan pernapasan ketika tidur seperti mendengkur dan sleep apnea. Solusi yang digunakan di antaranya adenotonsilektomi atau operasi pengambilan tonsil dan adenoid.
Namun kekhawatiran muncul pada beberapa orang tua akibat perbedaan penggunaan obat, khususnya pada prosedur adenotonsilektomi. Ketua penelitian dr Emily F Boss dari Johns Hopkins University School of Medicine di Baltimore menegaskan bahwa dokter tidak akan melakukan prosedur berlebihan saat operasi.
“Namun, ada perbedaan faktor secara klinis dan demografi. Kami tidak karena perbedaan setiap pasien sehingga kami harus memperolehnya dari penjelasan orang tua,” ucap Boss
Dilansir JAMA Otolaryngology—Head & Neck Surgery, dalam studi ini peneliti mewawancarai 11 orang tua dari pasien berumur 2 sampai 17 tahun yang dianggap mengalami gangguan pernapasan ketika tidur. Peneliti bertanya mengenai pengalaman orang tua pasien dalsm mengenali penyakit anaknya, komunikasi merela dengan dokter dan pilihannya apakah akan melakukan operasi atau tidak.
Diketahui, semua anak yang mengalami gangguan mendapat penanganan. Empat anak sedang diberikan pengobatan alergi, sembilan anak menjalani penelitian mengenai tidur, dua anak menjalani operasi dan sisanya, enam anak menjalani adenotonsilektomi.
Secara keseluruhan, orang tua mengatakan gangguan pernapasan ketika tidur yang dialami anak-anaknya sangat parah. Risiko dan keuntungan dari pilihan melakukan operasi pun menjadi faktor terpenting dalam memutuskan pengobatan, seperti juga berinteraksi dengan dokter.
Orang tua juga sering khawatir jika mendengkur atau sleep apnea dapat menyebabkan anaknya berhenti bernapas ketika malam atau mengalami perlambatan pengembangan otak. Hal tersebut membuat orang tua berpikir untuk melakukan pengobatan dan operasi dianggap sebagai ‘pilihan terakhir’.
“Hal lainnya yang kami peroleh dari penelitian ini adalah orang tua fokus terhadap risiko pemberian anestesi namun, tidak menegaskan pada dokter bedah. Padahal kenyataannya pemberian anetesi kurang berisiko dibandingkan operasinya,” ucap Boss.
Sedangkan, menurut dr Patrick Dawes dari Dunedin School of Medicine di University of Otago, New Zealand, yang tidak terlibat dalam studi, komunikasi yang baik antara keluarga dan dokter dapat membuat perubahan yang besar dalam memilih pengobatan operasi, khusunya adenotonsilektomi. Pilihan tersebut dipilih setelah mempertimbangkan evaluasi kondisi klinis, kondisi kepribadian pasien, potensi risiko dan pilihan pengobatan.
“Dokter harus memperhatikan kekhawatiran orang tua dalam melaporkan kondisi sang anak. Dengan konsultasi yang baik, diharap orang tua bisa membuat keputusan terbaik bagi anaknya,” imbuh dr Dawes.
editor  : ardi