Home Entertainment Elly Rudy, Pencipta Tari Tanggai Yang Masih Terus Berkarya di Usia Kepala...

Elly Rudy, Pencipta Tari Tanggai Yang Masih Terus Berkarya di Usia Kepala 7

KORDANEWS Tari Tanggai adalah tarian untuk penyambut tamu-tamu di Sumatera Selatan, khususnya di Kota Palembang. Siapa orang dibelakang semuanya dan pencipta tarian tersebut? Yang sekarang sudah banyak dikenal sampai kepenjuru dunia.

Dialah Elly Rudy, seniman Sumatera yang kini berusia 73 yang menciptakan Tari Tanggai khas Sumsel. Kordanews sempat membincanginya saat persiapan penarinya untuk rekaman salah satu TV Swasta Nasional dalam perkenalan adat budaya Kota Palembang dan beragaman seni serta kulinernya.

Dikatakannya, awal terciptanya Tari Tanggai ini, berawal dari adat rasan tuo (perjodohan dari orang tua) pada zaman dahulu yang kemudian berkembang kepada masyarakat Palembang.

“Tari Tanggai yang pada saat itu masih Sumbagsel sebelum otonomi daerah, terdiri dari daerah Jambi, Bengkulu, Lampung dan Sumatera Selatan. Yang akhir pecah otonomi masing-masing daerah tersebut mempunyai Tari Tanggai dengan nama yang berbeda. Karena dulunya satu, tapi kalau diambil dari sejarah tetap satu rahim Sumatera Selatan, tarian yang yang memakai tanggai, tanggai tersebut adalah berupa hiasan untuk delapan jari dipergunakan saat menari” ungkap Elly.

Menurutnya, pencipta dari nama Tari Tanggai di Sumatera Selatan adalah dirinya, sedangkan untuk penari yang memakai Tanggai ini diseluruh dunia cuma ada di dua tempat, yakni di Sumbagsel dan Thailand.

Hal ini dikarenakan pertalian dari Thailand dan Kerajaan Sriwijaya pada dahulu kala sebagai penganut agama Budha.

“Untuk Sumatera Selatan, tari yang memakai tanggai dan membawa tepak fungsinya sebagai tari sambut yang sudah ada dari tahun 1930. Berkembangnya hanya di daerah-daerah Sumatera Bagian Selatan, yang diambil dari adat kolonial pada zaman pemerintahan belanda. setiap pejabat Belanda datang disambut dengan tarian yang memakai tanggai,” ujarnya.

Sementara setiap daerah ada tari yang menggunakan tanggai dilakukan dari anak-anak gadis dari kalangan para pejabat pada saat itu, seperti Pengiran, Persirah dan Depati, Demang dan untuk Kota Palembang disebut Keresidenan, harus bisa menari menggunakan Tanggai bila sudah siap untuk dilamar.

Lebih lanjut dikatakannya, tanggai itu sendiri adalah hiasan pada jari-jari yang berfungsi juga sebagai alat bela diri untuk sipenari yang bisa berubah seperti kuku Macan pada zaman dahulu ujung nya ada racun sebagai perisai penari bila ada yang jahil, kenapa dipakai dijari, filosofinya merupakan ungkapan kasih sayang orang tua kepada anak, karena jari bisa membelai dan juga agar jari terlihat lentik bila menari dan terlihat lebih indah.

Ide pembuatan tari tanggai itu sendiri dari Serasan Tuo, sementara untuk gerakkan dari tarinya itu sendiri dari gerakan Tapa Mudra yang ada di Relief Candi Borobudur karena gerakannya yang indah dan artistik.

Diakuinya, untuk mendapatkan rakuman terciptanya tari tersebut, berdasarkan historis dan filosofi dari nara sumber tiga budayawan Sumatera Selatan yaitu: Raden Hoesin Natodirajo, Mas Agus Nungcik Asa’ari dan Raden Djohan Hanafiah.

Tarian ini tercipta dari tahun 1965, sebagai tari penggantin dan diberinama pada saat itu sebagai Tari Tanggai dan kemudian pada tahun 1978, Ibu H Lukita Irsan Rajamin pada saat itu sebagai ketua BKKNI (Badan Koordinasi Kesenian Nasional Indonesia) mengusulkan agar tarian ini diberi tepak hingga berfungsi sebagai tari sambut untuk menyambut tamu kota Palembang.

“Pada saat ini menjadi pelajaran di Sekolah dan Universitas. Untuk di Palembang, sudah diajarkan di program bahan ajar di Universitas PGRI Palembang Jurusan Seni Sendratasik” pungkasnya. (eh)

Editor: Janu

Tirto.ID
Loading...

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here