KORDANEWS – Petani Karet di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan (Sumsel) mengeluhkan harga jual karet mingguan yang turun dari sebelumnya Rp. 6.500.-/per kilogram (Kg) turun menjadi Rp. 6.20000.-/Kg. sejak sepekan terakhir nilai jual getah karet mingguan ke pihak pengepul mengalami penurunan harga Rp.300.-/Kg, sehingga membuat sejumlah petani mengeluh karena penghasilan yang diperoleh dari menyadap tidak mencukupi memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Harga getah karet sebelumnya 6 bulan yang lalu Rp. 6.500 per kilogram (Kg) turun menjadi Rp6.200 per Kg untuk getah Mingguan, Kami hanya bisa pasrah dan berharap pemerintah dapat menaikan harga,” ungkap Fedrix, petani asal Desa Kepur saat bincang dengan Kordanews.com, Rabu (06/02/2019).
Fedrix mengatakan, turunnya harga komoditas ini hampir bersamaan dengan perubahan cuaca musim penghujan seperti sekarang ini, dimana terjadi peningkatan jumlah produksi getah karet dan juga kualitas getah karet, saat musim penghujan menjadi berkah bagi petani karet karena produksi getah yang diperoleh cukup banyak rata-rata mencapai 70 Kg dari hasil menyadap kebun seluas satu hektare yang dikumpulkan selama 10 hari.
“Kalau musim hujan bisa sekitar 90 Kg yang saya kumpulkan dari hasil menyadap setiap hari atau selama 10 hari. Sedangkan saat kemarau hasil sadapan getah sangat sedikit hanya kisaran 40 Kg terkumpul dalam waktu yang sama,” ujarnya.
Hal ini juga di Keluhkan oleh Derajat Kurniawan ST, petani karet petani karet dan Juga Tokoh pemuda Muara Enim, warga Desa Panang Jaya kecamatan Gunung Megang Kabupaten Muaraenim Sumsel, dia mengatakan, Pihak yang berwenang seharusnya mampu memenuhi janji-janji politik yang ditebar saat masa kampanye.
“Hemat pendapat saya, janji kampanye memanglah sebuah janji, tapi harus ditindak lanjuti dan jangan jadi sebuah angan-angan kosong bagi pemerintah untuk menciptakan Lapangan kerja dan juga pabrik Ban.
Lanjutnya, sebagai petani karet, pihaknya sangat mendukung gagasan pendirian pabrik karet di Muara Enim, sehingga permasalahan hulu sampai ke hilir komoditi ini dapat diurai dan dicarikan solusi bagi kemakmuran rakyat Muara Enim.
“Saya seorang petani karet, sangat antusias dengan janji Herman Deru tentang pembuatan pabrik karet, istilah zaman sekarang hulu dan hilir, memang negara kita ini dari dulu salah dalam pengelolaan dan pengembangan serta perdagangan hasil bumi juga kebijakansanaan eksekutif dan legislatif tentang perundangan dalam hal ekspor maupun impor, itulah celah yang dimanfaatkan oleh broker-broker istilah keren tengkulak memanfaatkan pejabat pengambil keputusan,” bebernya. (Ari)
Editor : Chandra