Home Headline Tim Hukum Dahlan Iskan Jelaskan Program Cetak Sawah

Tim Hukum Dahlan Iskan Jelaskan Program Cetak Sawah

KORDANEWS – Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan dimintai keterangan sebagai saksi oleh penyidik Bareskrim Mabes Polri di ruang penyidik Subdit Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Ditreskrimsus Polda Jatim.

Rilis yang diterima detikcom dari tim kuasa hukum Dahlan Iskan, Kamis (10/11/2016), kedatangan Dahlan ke Polda Jatim untuk berupaya membantu penyidik Bareskrim Mabes Polri menyelesaikan penyidikan program cetak sawah. Dalam perkara ini, penyidik Bareskrim Mabes Polri sudah menetapkan Upik Rosalina Wasrin, mantan Direktur PT Sang Hyang Seri (SHS), sebagai tersangka pada Juli 2015.

“Pak Dahlan memberikan keterangan di Polda Jatim terkait perkara ini. Keterangannya dibutuhkan untuk melengkapi berkas perkara Upik,” ujar Indra Priangkasa, juru bicara kuasa hukum Dahlan Iskan.

Indra mengatakan kliennya memang berupaya membuat terang persoalan ini sejak penyelidikan. “Pak Dahlan pernah memberikan keterangan di Bareskrim Mabes Polri,” tuturnya.

Dia menerangkan program cetak sawah yang digagas di Ketapang, Kalimantan Barat sebenarnya semangatnya istimewa. Katanya, Dahlan menggagasnya untuk menjawab persoalan krisis beras dalam negeri. Sebagaimana diketahui, bertahun-tahun kebutuhan beras dalam negeri masih tergantung pada impor.

“Program ini untuk menggantikan sawah-sawah yang tiap tahun jumlahnya berkurang karena terdesak perumahan dan industri,” tuturnya.

Indra mengatakan program cetak sawah awalnya dipercayakan pada PT SHS. Perusahaan negara ini lantas menggalang konsorsium dengan badan usaha milik negara (BUMN) lainnya yakni PT Hutama Karya, PT Brantas Abipraya dan PT Yodya karya.

Ketika awal program ini berjalan, pembukaan lahan mencapai luas 4 ribu hektare, sedangkan yang ditanami sekitar seribu hektar. Program tersebut memang tak bisa sempurna 100 persen. Pasalnya, tanah di Ketapang merupakan lahan tidur dengan kondisi keasaman sangat tinggi. Katanya, secara teori, hasil cetak sawah juga baru bisa dilihat setelah empat tahun.

“Semangat Kementerian BUMN saat itu adalah menjadikan Cetak Sawah sebagai ‘Universitas Sawah Baru’. Artinya, BUMN dan masyarakat belajar bersama menangani persoalan sawah. Mulai mengatasi kondisi fisik tanah (lahan gambut) hingga penataan pengairan,” terangnya.

Ketika program ini tengah berjalan, PT SHS terengah-engah menggarapnya. Di akhir masa jabatan, Dahlan Iskan mengalihkan pekerjaan ke PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC).

Kebijakan itu dilakukan karena dia menilai PT PIHC sebagai perusahaan raksasa yang punya kemampuan lebih bagus. Apalagi, kebutuhan terbesar program cetak sawah selama ini adalah pengadaan pupuk, yang tidak lain bisnis inti PT Pupuk Indonesia.

Hingga saat ini, Pupuk Indonesia masih mengerjakan program cetak sawah. Tapi, lahan yang digarapnya hanya 100 hektare. Tujuannya, PIHC terlebih dahulu mencari formula yang pas untuk kondisi tanah di Ketapang, Kalbar.

“Jika lahan 100 hektare bisa ditanami dengan sempurna, maka program cetak sawah kembali diperluas. Oleh karenanya, tidak benar jika ada yang menyebut proyek ini mangkrak,” ujarnya.

“Jika dilihat kasat mata, memang lahan yang digunakan cetak sawah ini terkesan mangkrak, sebab lahan-lahan itu belum ditanami. Namun, sebenarnya lahan-lahan itu sudah di-land clearing dan land leveling. Sebagian juga sudah pernah ditanami dan berhasil panen,” terangnya.

Indra menambahkan, kini penanaman tidak bisa dilakukan di seluruh lahan karena butuh dana yang sangat besar. Serta masih dibutuhkan formula yang pas untuk menyesuaikan dengan karakter tanah di Ketapang.

“Kelanjutan program cetak sawah ini sangat dinanti masyarakat. Sebab, selama ini mereka sangat terbantu adanya program ini,” jelasnya.

Sementara itu, Nasrudin, salah satu petani Desa Sukamaju, Ketapang mengatakan, untuk melakukan land clearing dan land leveling saja membutuhkan dana.

“Kami tentu tak ada uang. Jadi kemarin program itu sangat membantu kami,” katanya.

Ia mengakui, program cetak sawah sangat bermanfaat. Dirinya sempat menikmati panen dari program cetak sawah seluas 3 hektare yakni, berhasil panen 2 ton per hektare.

“Hasilnya juga padi bibit ungul. Padahal masyarakat biasanya hanya menanam bibit biasa,” terangnya.

Nasrudin menyadari, program cetak sawah tak bisa 100 persen sempurna di awal tahun, karena tanah yang digarap selama ini tidak termanfaatkan.

Dirinya yakni hasil program cetak sawah sangat luar biasa pada 2-3 kali penanaman, karena teknologi yang diterapkan pada cetak sawah sudah bagus, termasuk penggunaan bibit dan pupuknya. Dia menantang bagi yang mengatakan bahwa program tersebut tidak bermanfaat.

“Dua ratus persen bermanfaat buat petani. Siapa yang bilang tidak bermanfaat, ayo ketemu dengan saya,” tegasnya.

Sumber : edtik

Editor : awan

Tirto.ID
Loading...

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here