KORDANEWS – Dalam beberapa hari belakangan, di ranah media sosial Indonesia beredar postingan mengenai burung bernama Surakav. Netizen awam dibuat terkagum-kagum pada burung ini.
“Burung ini bernama Surakav. Diperlukan 19 fotografer selama 62 hari utk mendapat foto yg lengkap. Dia berubah warna setiap bbrp detik… dlm video yg pendek ini. Silakan nikmati keajaiban dari ciptaan Allah yg sangat indah.”
Tentu saja ini merupakan fakta langka yang diracik dengan bumbu dramatis sehingga menghasilkan hoax yang sedap. Lucunya, hoax ini laris dimakan mentah-mentah dan tanpa dicek ulang, langsung disebarkan tanpa pikir panjang. Hal ini terjadi baik di WhatsApp maupun Facebook.
Dan ternyata, bukan hanya orang Indonesia yang termakan dan menyebarkan hoax ini. Pengguna Facebook Malaysia dan sejumlah YouTuber India pun ikut menyebarkan video ini dengan bangganya. Hasilnya, pengamat burung memberikan komentar pedas di video YouTube tersebut.
Faktanya
Burung yang diklaim bernama Surakav ini sebenarnya adalah jenis Hummingbird Broad Tailed dengan nama ilmiah Selasphorous platycercus. Keunikan yang diklaim memiliki kemampuan berubah warna sebenarnya adalah ilusi optik dimana pada spesies jantan di bagian bulu penutup lehernya memiliki keunikan warnanya akan berubah jika dipandang dari sudut yang berbeda, jadi sebenarnya tidak ada perubahan warna.
Diperkirakan kemampuan ini bertujuan untuk menarik Hummingbird betina. Burung ini cukup mudah ditemui di Amerika Serikat bagian Barat, Meksiko dan Guatemala. International Union for Conservation of Nature (IUCN) memasukkan burung ini ke dalam
kategori LC Least Concern dalam tingkat kelangkaannya sehingga burung ini cukup mudah ditemui di habitatnya dilansir dari detik.com.
Karena itu, dapat dipastikan tidak membutuhkan 19 kameraman dan 62 hari untuk
membuat video yang diviralkan. Jumlah yang cukup banyak dan tidak kalah dengan tim pembuat film Avengers. Sangat tidak masuk akal bukan?
Jangan Mudah Percaya
Meski hal ini sudah disadari oleh sebagian kecil pengguna media sosial, Vaksincom merasa perlu mengangkat hoax ini. Pasalnya, teknik pembuatan hoax semacam ini berpotensi digunakan untuk memviralkan hoax bermuatan SARA atau politis yang bertujuan menciptakan kekhawatiran yang tidak perlu dan ketidakpastian di masyarakat.
Dalam pengamatan Vaksincom, hoax Surakav menggunakan ‘resep’ dasar:













