HeadlinePeristiwa

Saat Hujan Deras, Keluarga Sairin Harus Tidur di Tempat Pembakaran Mayat

×

Saat Hujan Deras, Keluarga Sairin Harus Tidur di Tempat Pembakaran Mayat

Share this article

KORDANEWS – Kehidupan Sairin Agus Salim beserta delapan anggota keluarganya yang tinggal di gubuk berukuran 4×3 meter persegi yang sempat viral di media sosial facebook ini memang sangat memprihatinkan.

Kehidupan dijalani dengan penuh keterbatasan. Dan disaat hujan deras harus pindah tidur ketempat gedung pembakaran mayat orang cina karena atap rumahnya bocor.

Gubuk yang bersebelahan dengan kuburan cina ini berada di RT 1 Kelurahan Jogoboyo, Kecamatan Lubuk Linggau Utara II hanya berdinding beberapa lembar triplek dan terpal berkas tersebut dibangun sendiri dengan menumpangi tanah kebun milik saudara jauh.

Pantauan di lokasi tak banyak peralatan rumah tangga yang terdapat di gubuk tersebut. Hanya terdapat teko dan panci yang tersedia di gubuk tanpa pintu penutup itu.

Sedangkan lantai gubuk yang hanya beralaskan dengan potongan bambu yang dilapisi dengan kardus bekas dan kasur yang sudah lapuk tempat kedelapan anggota keluarga itu tidur.

Lebih sedihnya lagi saat hujan deras baik siang maupung tengah malam,dengan sangat terpaksa seluruh keluarganya harus keluar rumah untuk pindah ketempat gedung pembakaran mayat orang cina yang memang bersebelahan dengan gubuknya. Karena saat hujan atap rumahnya bocor.

Sairin sendiri yang merupakan kepala keluarga di rumah tangga tak punya pekerjaan yang pasti. Terkadang kesehariannya mencari barang bekas dan memotong karet orang, untuk bisa menghasilkan uang untuk keperluan membeli beras dan makan sehari-hari

Pria berusia lebih setengah abad tersebut bertekad tetap mencari rejeki yang halal yang bisa menyambung kehidupan sehari-hari keluarganya karena untuk beralih ke profesi lainnya ia tidak memiliki modal ataupun lahan yang bisa digarap untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Bahkan ketujuh anaknya, tidak ada yang menyelesaiakan sekolah, mereka putus sekolah sejak dari taman kanak-kanak dan bahkan tidak pernah sekolah karena tidak memiliki biaya untuk sekolah.

“Anak saya dulu pernah sekolah di Taman kanak-kanak, namun setelah itu tidak sekolah lagi karena tidak memiliki biaya untuk sekolah,” katanya.

Ia pun berharap agar pemerintah untuk memperhatikan dan peduli dengan kehidupan keluarganya, dan bisa membantu bangunan rumahnya. Agar bisa lebih layak huni apalagi sekarang ini kondisi cuaca yang sering hujan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *