KORDANEWS- Inflasi di Sumatera Selatan pada tahun 2018 berada pada titik terendah yaitu 2,74 persen, angka tersebut jauh lebih rendah jika dibanding dengan dua tahun sebelumnya yakni pada tahun 2017 pada posisi 2,96 persen dan pada tahun 2016 inflasi Sumsel berada pada level 3,58 persen.
Hal tersebut diungkapkan oleh Pjs Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) wilayah Sumsel Babel, Hari Widodo saat audiensi dengan Gubernur Herman Deru, Jumat (4/1) di ruang tamu Gubernur.
“Ini adalah inflasi terendah yang dicapai Sumsel. Inflasi terbesar disumbang dari sektor angkutan udara, dan angkutan antar kota. Sedangkan untuk komoditas sembilan bahan pokok cenderung stabil,” kata Hari Widodo.
Dikatakan, pada rentang waktu tiga tahun terakhir tercapai inflasi terendah di Sumsel tidak terlepas dari kerjasama dari tim pengendalian inflasi daerah. Terutama pada periode kenaikan inflasi yang umumnya terjadi pada bulan ramadhan dan hari raya Idul Fitri, Pilkada serentak, dan kegiatan Asian Games 2018. Dimana pada masa tersebut inflasi di Sumsel cenderung stabil dan terkendali.
“Demikian juga untuk bahan pangan, inflasi relatif terkendali. Dua wilayah di Sumsel yang mampu mengendalikan inflasi dengan baik di tahun 2018 adalah Kota Palembang dan Kota Lubuk Linggau,” tambahnya.
Dijelaskan Hari Widodo, inflasi sendiri adalah kondisi di mana terjadi kenaikan harga-harga barang secara umum.
“Inflasi sebenarnya menunjukkan stabilitas nilai tukar terhadap barang dan jasa. Nilai tukar dalam hal ini diukur dari nilai tukar terhadap mata uang lain (kurs). Nilai tukar terhadap barang dan jasa ini yang diukur dengan inflasi,” terangnya.
Hari Widodo mengilustrasikan, jika harga barang dan jasa mengalami kenaikan maka nilai uang rupiah akan menurun, dan daya beli masyarakat juga akan ikut menurun. Semakin tinggi inflasi terjadi maka kecenderungan harga-harga komoditas mengalami kenaikan. Inflasi langsung bersentuhan dengan kesejahteraan masyarakat.













