BudayaSumsel

Guru Impor atau Mengundang Instruktur Luar Negeri?

×

Guru Impor atau Mengundang Instruktur Luar Negeri?

Share this article

KORDANEWS – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani belum lama ini mengungkapkan gagasan untuk mengundang guru dari luar negeri untuk mengajar di Indonesia. Pernyataan tersebut berkembang menjadi gagasan `guru impor’ dan menuai kontroversi karena guru asing dianggap akan menggantikan guru lokal mengajar di kelas. Namun, gagasan tersebut dibantah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Menteri Pendidikan dan Kebu dayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan, guru yang didatangkan dari luar negeri bertujuan untuk melatih guru-guru maupun instruktur yang ada di Tanah Air. “Salah satu pertimbangan Menko PMK Puan Maharani dengan mendatangkan instruktur atau guru dari luar negeri untuk meningkatkan kemahiran instruktur atau guru Indonesia, juga bisa lebih efisien daripada mengirim instruktur atau guru Indonesia ke luar negeri,” ujar Muhadjir, Ahad (12/5).(Republika.co.id)

Muhadjir menjelaskan, yang dimaksud Menko Puan bukan `mengimpor’, melainkan mengundang guru atau instruktur luar negeri untuk program Training of Trainers atau ToT. Instruktur luar negeri itu tidak hanya untuk sekolah, tetapi juga untuk lembaga pelatihan yang berada di kementerian lain, misalnya, Balai Latihan Kerja atau BLK.

“Sasaran utamanya adalah untuk peningkatan kapasitas pembelajaran vokasi di SMK juga pembelajaran science, technology, engineering, and mathematics(STEM),” lanjut Muhadjir.

Namun demikian, kata Muhadjir, pengiriman guru ke luar negeri untuk kursus jangka pendek juga tetap dilakukan. Mendikbud berharap, program tersebut tetap berlanjut setelah dikirim sebanyak 1.200 guru ke luar negeri. “Sehingga, target pengiriman guru kursus ke luar negeri sebanyak 7.000 guru tahun ini bisa tercapai,” kata Muhadjir.

Rencana mengundang guru atau pengajar dari luar negeri mendapat protes dari Ikatan Guru Indonesia (IGI). Ketua Umum IGI Muhammad Ramli Rahim mengatakan bahwa pihaknya bingung dengan rencana yang diungkapkan Menko PMK Puan Maharani tersebut.

Menurut Ramli, `impor guru’ atau mengundang pengajar dari luar negeri tidak tepat di tengah banyaknya guru honorer yang sudah mengabdi puluhan tahun, tapi tidak mendapat upah memadai. “Pemerintah lebih baik menyejah terakan guru honorer jika memang memiliki banyak dana,” ungkap Ramli, Ahad.

Tidak hanya itu, Ramli juga mengungkapkan bahwa guru Indonesia memiliki potensi cukup baik dalam hal mengajar. Akan tetapi, banyak guru memang dibebani kurikulum dan administrasi yang berat, sehingga sibuk dengan banyak hal yang sejatinya tak perlu dilakukan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *