Banyuasin- Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan untuk memprogramkan tanaman Jagung pada peremajaan karet dan kelapa sawit seluas 1 juta hektar di seluruh Indonesia untuk mengurangi import dan meningkatkan eksport jagung.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, setiap tahun Indonesia import jagung hingga 3,6 juta ton, setara dengan Rp.10 Triliun, kondisi yang sangat menyedihkan ini membuat kementan mengambil inisiatif dengan melakukan integrasi tanaman jagung dengan kelapa sawit, jagung dengan karet dan jagung dengan tanaman perputani.
Menurut Andi Amran Sulaiman, integrasi jagung dengan karet dan kelapa sawit ini ditaergetkan 4 sampai 5 juta Ha per tahun, diperkirakan sampai saat ini sudah terealisasi separuhnya di seluruh indonesia, dan tahun ini 10.000 Ha diantaranya dilakukan di Provinsi Sumsel tepatnya di Kabupaten Banyuasin.
“Integrasi Jagung Sawit, Karet 1 Juta Ha Seluruh Indonesia, tahun ini 10.000 Ha di kabupaten Banyuasin, kalau program ini berhasil katakanlah produksi 6 ton saja sudah mengatasi masalah import jagung indonesia,kita harapkan tahun depan atau paling lambat 2018 permasalahan jagung terselesaikan,” ungkap Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman usai melakukan Penanaman Intercropping Jagung pada Peremajaan Karet di Desa Pulau Harapan, Kec.Sembawa, dan penanaman jagung di Desa Mukyasari Kec, Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin, Kamis (9/6).
Lebih lanjut Mentan mengatakan, seluruh Indonesia bantuan terbesar kementrian pertanian tahun ini ada di Kabupaten Banyuasin, hal ini dilakukan melihat Kabupaten Banyuasin merupakan lumbung pangan Provinsi Sumsel.
Menurutnya, anggaran untuk Kabupaten Banyuasin di sektor pertanian mengalami peningkatan hingga 622 persen tahun ini. Tidak hanya itu, bantuan untuk Provinsi Sumatera Selatan juga meningkat 224 persen untuk saat ini.
“Dahulu sebelum menjadi menteri, (bantuan yang diberikan) Rp384 miliar dari pertanian. Begitu kami jadi menteri, dahulukan rakyat kecil. Naik jadi Rp1,2 triliun, atau naik 224 persen. Tidak pernah terjadi naik sepanjang sejarah,” ujar Mentan.
Sekretaris Daerah Provinsi Sumsel Mukti Sulaiman mengatakan, Provinsi Sumsel telah banyak dicapai keberhasilan pembangunan perkebunan, khusus karet dan kelapa sawit. Capaian luas areal dan produksi tahun 2014, karet seluas 1.2 juta ha dengan prodoksi 1 juta ton karet kering, sedangkan kelapa sawit seluas 1 juta ha, dengan produksi 2.7 ton CPO. Dari luasan tersebut, kepemilikan areal karet 96% milik rakyat, sedangkan untuk kelapa sawit sekitar 55 % milik perusahaan inti, 30 % milik petani plasma dan 15 % milik petani swadaya.
Lanjutnya, dalam memenuhi kebutuhan pangan, mewujudkan swasembada pangan nasional, khusunya padi, jagung dan kedelai, saat ini keterbatasan lahan sawah sangat dirasakan. Banyaknya alih fungsi lahan sawah ke non pertanian, menuntut pencarian lahan alternatif untuk penanaman padi, jagung dan kedelai.
“Sebagai salah satu alternatifnya adalah pemanfaatan lahan perkebunan, khususnya karet dan kelapa sawit pada saat tanaman masih muda,” ungkap Mukti Sulaiman.
Lebih lanjut dijelaskannya, Selain tanaman pangan tumpangsari, tanaman perkebunan juga sangat memungkinkan untuk integrasi dengan ternak sapi atau kambing, khususnya pada kelapa sawit, dimana pelepahnya bisa menjadi sumber pakan ternak. Dari segi tenaga kerja petani, integrasi kebun dan ternak ini sangat memungkinkan, mengingat petani bekerja biasanya hanya 3-4 jam perhari untuk karet dan untuk sawit hanya sibuk 2 minggu sakali saat panen.
Menurut Mukti Sulaiman, Komoditi perkebunan telah berabad-abad dibudidayakan di Sumatera Selatan, namun produktivitas, mutu serta pendapatan pekebun rata-rata masih kurang, meskipun sebagian telah menikmati kesejahteraan dari usaha perkebunan.
Beberapa faktor- faktor penyebabnya antara lain terbatasnya bibit ungul bersertifikat, serangan hama dan penyakit, lemahnya kelembagaan pekebun, Infrastruktur, jalan produksi disekitar areal kebun kurang memadai, kemitraan belum berjalan dengan baik, rantai tata-niaga belum efisien, harga komoditas (keret) yang rendah dan Industri hilir yang belum berkembang.
“Tanaman tumpangsari dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat/perkebun baik karet maupun sawit, karena petani mendapat hasil tumpangsari sebelum tanaman pokok menghasilkan,” terangnya.
Sementara,Bupati Banyuasin Yan Anton Ferdian mengatakan, Kabupaten Banyuasin menyambut baik program integrasi tanaman perkebunan dengan jagung ini mengingat, Kabupaten Banyuasin sendiri memiliki potensi yang cukup luas di sektor perkebunan yang menjadi sumber mata percaharian masyarakat antara lain komoditi karet, kelapa sawit dan Kelapa dalam.
Menurutnya, menanam tanaman pangan tumpangsari di lahan peremajaan perkebunan karet sudah menjadi kebiasaan dari para petani di Banyuasin seperti menanam padi, pisang, semangka, nanas dan cabe,
“Melalui program integrasi tanaman perkebunan dengan jagung ini, saya mengajak seluruh masyarakat Banyuasin untuk mensukseskan program ini karena program ini dapat meningkatkan nilai tambah pendapatan petani,” pungkasnya.( rd)