KORDANEWS – Kesatuan Bangsa Politik (Kesbangpol) Sumatera Selatan (Sumsel) menyoroti Pilkada serentak 27 Juni lalu di Sumsel, yang masih tingginya tingkat kesadaran masyarakat yang tidak memberikan hak suaranya (Golput).
Plt Kepala Kesbangpol Sumsel, Fitriana mengatakan, bahwa masih tingginya masyarakat yang melakukan Golput pun dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Seperti tingkat partisipasi masyarakat dalam Pilkada serentak kemarin ada beberapa faktor yakni kurangnya kesadaran masyarakat, sosialisasi kurang, tingkat pendidikan dalam berpolitik kurang.
“Ada banyak faktornya mengapa masyarakat banyak yang Golput kemarin seperti kurangnya kesadaran masyarakat dan sosialisasi yang kurang dari KPU itu yang membuat partisipasi masyarakat di Sumsel masih tinggi. Selain itu, hari pemilihan masih banyak masyarakat yang masih mudik dan tidak ada kepentingan masyarakat dalam berpolitik,” kata Fitriana, Rabu (18/7).
Menurut Fitriana, apalagi kurang masifnya pemilih pemula yang rata-rata banyak baru lulus sekolah pun banyak yang belum mengerti dalam berpolitik.
“Rata-rata pemilih pemula yang baru lulus sekolah itu sangat tinggi angkanya. Mereka pun masih banyak yang belum mengenal pemimpin yang akan dipilih itu seperti apa,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Fitriana, pemilih yang berada di lapas penjara dan rumah sakit pun juga sangat berpotensi. Namun, hal tersebut masih belum dijangkau oleh panitia penyelengara.
“Pemilih yang berada di lapas dan rumah sakit itu kan bisa juga memilih karena dengan E-Ktp itu juga bisa memilih dengan suket. Itu kedepannya harus ada pemberlakuan khusus untuk dievaluasi ada petugas yg mendatangi,” jelasnya.
Untuk wilayah Kabupaten/Kota di Sumsel yang tingkat pemilih Golputnya masih tinggi yakni kota Palembang. Menurutnya, jumlah pemilih yang ada di Palembang itu mencapai 1 juta lebih sedangkan pemilih hanya 700 ribu.
“Di Palembang itu angka Golputnya di Palembang 300 ribu sampai 500 ribu sedangkan di daerah lain itu biasanya cuman 200 ribu – 400 ribu angka golputnya,” pungkasnya. (Ab)
Editor: Janu
