KORDANEWS – Produkitivitas Crude Palm Oil (CPO) Sumsel anjlok hingga 50 persen. Penyebabnya, musim kemarau selama 2 tahun ini. Bahkan, tahun ini terbilang rendah jika dibandingkan 6 tahun lalu.
Ketua Dewan Pembina Gabungan Pengusaha Kepala Sawit Indonesia (Gapki) Sumsel, Sumarjono Saragih mengatakan, selama ini, produksi CPO Sumsel sekitar 3 juta ton dari 1,1 juta hektar lahan kelapa sawit. “Sekarang hanya separuhnya,” katanya kepada wartawan.
Produksi CPO kita hanya berkisar 2 juta hingga 2,5 juta ton. Dengan angka produksi per Ha hanya berada di angka 1 ton. Kemarau panjang memang membuat buah mengecil, pohon-pohon sawit menjadi layu, dan tanahnya menjadi kering. Inilah yang menjadi sebab mengapa hasil Tandan Buah Segar (TBS) juga jadi turun, sehingga CPO yang di hasilkan juga pasti turun.
Kondisi seperti ini akan sangat berdampak pada petani, khususnya mereka yang olah sendiri (mandiri), pasalnya kata dia, dengan produkivitas menurun hasil yang di dapat juga paasti turun. Sedangkan untuk kebutuhan kebun, seperti pupuk dan lainnya masih harus terpenuhi. Ditambah lagi dana yang mereka miliki terbatas dengan akes ke keuangan yang juga terbilang sulit atau terbatas.
“Harusnya ada upaya juga dari pemerintah membantu dalam persyaratan pengajuan modal atau bantuan dari pemerintah kepada petani,” ujarnya. Parahnya, harga CPO juga sedang menurun. “Saat ini merupakan level terendah pada 6 tahun lebih terakhir,” sebutnya. Meski harga CPO mengalami kenaikan tapi dengan produksi berkurang karena musim kemarau, maka hitung-hitungannya sama saja. (yda)
editor : ardi
sumber : kordanews.com