KORDANEWS – Sebuah kelompok bersenjata telah menewaskan sedikitnya 30 orang dalam serangkaian serangan di desa-desa di utara Burkina Faso.
Para penyerang tak dikenal menyerang desa-desa dekat kota Markoye sekitar tengah hari pada Rabu dan kemudian menyerang pasukan keamanan yang menanggapi penggerebekan sore itu, kata kementerian pertahanan negara itu dalam sebuah pernyataan pada Kamis.
Para korban termasuk 11 warga sipil, 15 tentara dan empat anggota milisi sipil yang didukung pemerintah. Lebih dari 10 penyerang juga tewas, kata pernyataan itu, seraya menambahkan militer telah menguasai kembali daerah tersebut.
Selain pembunuhan, ternak dicuri dan properti dibakar.
Kementerian mengatakan daerah di mana serangan itu terjadi “sekarang berada dalam kendali unit militer dan serangan balasan untuk menemukan penyerang sedang berlangsung di darat dan di udara”.
Sebelumnya, seorang pejabat daerah dari pasukan sukarelawan bela diri (VDP) mengatakan serangan itu terjadi di wilayah administratif Sahel Burkina, menghantam desa Badnoogo, Bassian, Tokabangou dan Gadba dekat perbatasan Niger, dan distrik Pensa di tengah- wilayah utara.
“Beberapa mayat ditemukan,” kata anggota VDP, yang memerangi kelompok bersenjata bersama pasukan pertahanan dan keamanan Burkinabe. Salah satu anggota VDP termasuk di antara para korban, tambahnya
Tidak ada klaim tanggung jawab langsung atas serangan itu.
Sejak 2015, Burkina Faso telah berjuang untuk melawan serangan yang semakin sering dan mematikan dari kelompok-kelompok bersenjata yang terkait dengan al-Qaeda dan ISIL (ISIS).
Serangan semacam itu, yang telah menewaskan sedikitnya 1.400 orang, pertama kali dimulai di utara dekat perbatasan negara itu dengan Mali, tetapi sejak itu menyebar ke wilayah lain, khususnya di timur, memicu krisis kemanusiaan besar.
Pada awal Juni, desa utara Solhan dilanda serangan paling mematikan sejak awal konflik, dengan sedikitnya 138 orang tewas.
Sumber-sumber lokal menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 160 orang.
Pembantaian itu memicu eksodus massal lebih dari 7.000 keluarga yang mencari tempat yang lebih aman.
Sejak 2019, kekerasan di negara itu telah memaksa lebih dari 1,2 juta orang – sekitar satu dari 20 populasi – meninggalkan rumah mereka, menurut angka yang dikeluarkan oleh badan pengungsi PBB.
Sekitar 150.000 orang telah menjadi pengungsi internal tahun ini saja, kata badan tersebut pada awal Juni, menambahkan bahwa 84 persen dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.
Editor: John.W