KORDANEWS —- Gubernur Sumsel Herman Deru meminta para petani untuk memperbaiki mutu karet yang ada di Sumsel dengan perbaiki bersih dan Kadar Karet Kering atau K3, jika tidak harga karet dapat turun.
“Yang paling utama adalah kita harus sama-sama memperbaiki mutu karet yang dihasilkan petani. Jika petani ingin harganya ditingkatkan maka mutunya juga harus diperbaiki seperti bersih dan kadar karet kering (K3),” ujar HD usai rapat di Griya Agung, Jumat (1/2).
Namun, saat ini yang menjadi kendala petanu yakni alat yang menjadi pengukur K3 tidak seluruhnya dipunyai petani karet, dikarenakan alat tersebut harganya mencapai Miliaran Rupiah.
Akan tetapi Deru mengungkapkan pihak Kementerian Balai Riset Perindustrian akan meringankan beban para petani untuk membeli alat tersebut, dengan cara membuat alat ukur K3 dan akan dijual dengan harga sekitar Rp 6 Juta.
“Dengan adanya alat ukur K3 nanti pertani tentunya tidak merabah-rabah. Jadi kalau mau harga baik kadar airnya diperbaiki antara lain dengan cara pembekuan menggunakan asam semut, jangan menggunakan tawas atau cuka parah lagi. Karena asam semut mengurangi kadar airnya dengan sendirinya jadi akan lebih baik menggunakan asam semut,” katanya
Selain itu untuk asam semut, diakuinya bahwa Menteri Pertanian telah berkoordinasi dengan dirinya untuk memberikan bantuan yakni asam semut untuk petani.
“Jadi sekaligus petani diedukai, agar para petani tidak lagi merendam karet, karena itu biaa menjadikan kadar airnya bertambah dan harganya pasti turun.
Sementara itu Kepala Badan Penelitian dan Pengembang Industri Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang, Syamdian mengatakan, bahwa balai riset memiliki alat untuk mengukur kadar air karet yang dinamakan alat uji sederhana untuk mengukur kadar air.
“Kita akan verifikasi alatnya dulu dan senin akan dikembangkan alat yang ada, kemungkinan dalam 10 hari kedepan sudah selesai. Kadar air yang sempurna itu 0, kalau semakin kecil kadar air maka akan semakin mahal harga karetnya. Namun jika kadar airnya banyak maka harganya akan murah,” ujarnya.
Alat ini belum pernah di coba di daerah lain karena momenya belum pas dan saat ini lah baru pas. Untuk harga alat ini masih diperbincangkan, karena biaya riset lebih mahal dari biaya produksi.
“Alat uji sederhana untuk mengukur kadar air ini terdiri dari alat pengepres, open dan timbangan. Nantinya akan kita buat jadi satu agar simpel, “katanya. (Ab)
Editor : chandra