KORDANEWS – Shady Habash, seorang sutradara muda Mesir yang dipenjara karena membuat video musik yang kritis terhadap Presiden Abdul Fattah al-Sisi meninggal di penjara Kairo. Hal ini diungkapkan oleh pengacaranya pada Sabtu (2/5).
Habash yang masih berusia 24 tahun meninggal di penjara Tora, kata pengacaranya Ahmed al-Khawaga. Namun dia sendiri tak bisa memberikan penyebab kematiannya.
“Kesehatannya telah memburuk selama beberapa hari. Dia dirawat di rumah sakit, kemudian kembali ke penjara kemarin malam di mana dia meninggal di malam hari,” katanya kepada AFP, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Jaringan Arab untuk Informasi Hak Asasi Manusia (ANHRI) mengatakan dalam sebuah posting Twitter bahwa Habash meninggal akibat dari “kelalaian dan kurangnya keadilan.
Tak dimungkiri, kelompok-kelompok hak asasi manusia secara rutin menyoroti kondisi penjara yang buruk di Mesir, salah satunya karena penuh sesak. Khawatir penyebaran virus di penjara yang penuh sesak, pembela HAM menyerukan pembebasan tahanan politik dan tahanan yang menunggu persidangan.
Menurut beberapa LSM, sekitar 60.000 tahanan di Mesir adalah tahanan politik, termasuk aktivis sekuler, jurnalis, pengacara, akademisi, dan Islamis yang ditangkap dalam penumpasan yang berkelanjutan terhadap perselisihan sejak penggulingan presiden Islamis 2013 Mohamed Morsi.
Dalam pernyataannya pada Kamis, PEN America menggambarkan kematian Habash dalam tahanan sebagai “pukulan telak bagi kebebasan”.
“Dengan kematian Habash, (Sisi) telah mengirimkan sinyal yang mengganggu ke seluruh dunia: Memberikan pandangan yang tidak disetujuinya dan Anda mungkin menghadapi hukuman mati secara de facto,” kata Julie Trebault, direktur program Seniman di Risiko oleh PEN America.













